Kesalahan Umum Saat Merancang UI/UX

Kalau kamu sedang bikin aplikasi atau website, pasti udah sering dengar istilah UI/UX kan? Dua hal ini sering jadi topik panas di dunia pengembangan produk digital. Tapi, percaya nggak sih, masih banyak banget desainer yang jatuh ke lubang yang sama: kesalahan umum saat merancang UI/UX.

Padahal, tampilan dan pengalaman pengguna itu bisa jadi faktor penentu apakah pengguna bakal betah atau malah kabur dari aplikasi kamu. Yuk, kita bahas bareng-bareng apa aja kesalahan paling sering terjadi dan gimana cara menghindarinya.


Nggak Paham Siapa Penggunanya

Ini nih kesalahan umum UI/UX paling klasik. Banyak yang langsung loncat ke desain tanpa tahu siapa yang bakal pakai produknya. Padahal, kalau kamu nggak paham pengguna, hasilnya bisa zonk — cantik tapi nggak nyambung sama kebutuhan mereka.

Misal kamu bikin aplikasi layanan publik, tapi tampilannya kayak aplikasi game. Ya, pasti pengguna bingung. Harusnya, sebelum mulai desain, lakukan riset dulu: siapa targetnya, apa kebiasaannya, dan masalah apa yang mau diselesaikan.

Riset kecil aja, kayak wawancara pengguna atau survei singkat, udah cukup buat dapet insight yang berguna banget.


Desainnya Terlalu Ramai dan Ribet

Kamu mungkin pengen tampilan aplikasimu “wah” dan penuh elemen keren. Tapi hati-hati, UI yang terlalu rame justru bikin pengguna bingung.

Bayangin, buka aplikasi tapi matanya langsung diserang warna, ikon, dan teks di mana-mana. Bukan nyaman, malah pusing.

Desain yang bagus itu simpel, fokus, dan mudah dimengerti. Gunakan ruang kosong (white space) biar mata bisa istirahat. Ingat pepatah desain: less is more.

Google, Apple, dan banyak aplikasi besar sengaja pakai desain minimalis karena orang jadi lebih fokus ke hal penting — bukan ke hiasan yang nggak perlu.


Elemen Visual Nggak Konsisten

Pernah lihat aplikasi yang tiap halamannya beda gaya? Tombol di satu halaman biru, di halaman lain hijau, ikon di atas, terus pindah ke bawah? Nah, ini tanda desain nggak konsisten.

Konsistensi itu penting banget buat kenyamanan pengguna. Kalau tampilannya berubah-ubah, pengguna jadi harus belajar ulang setiap kali pindah halaman. Capek kan?

Makanya, biasakan pakai design system atau style guide. Jadi semua elemen — warna, font, ikon, tombol — punya aturan yang sama.


Nggak Ada Hierarki Visual

Hierarki visual tuh semacam “panduan mata” buat pengguna. Kalau kamu nggak atur mana yang penting dan mana yang sekadar pelengkap, pengguna bakal bingung harus mulai dari mana.

Contohnya, tombol “Beli Sekarang” harusnya lebih menonjol dari tombol “Detail Produk”. Kalau malah sebaliknya, pengguna bisa salah klik atau bahkan nggak sadar ada tombol penting itu.

Mainkan ukuran, warna, dan posisi elemen supaya arah pandang pengguna jelas. Prinsipnya: buat yang penting kelihatan duluan!


Navigasi Bikin Bingung

Navigasi adalah jantungnya user experience. Tapi sering banget dilupakan. Banyak desain yang tampilannya oke, tapi pas dipakai malah bikin tersesat.

Gunakan pola navigasi yang familiar. Misalnya hamburger menu di mobile, atau tab bar di bawah. Jangan taruh fitur penting di tempat tersembunyi.

Kamu juga bisa tambahkan indikator posisi, misalnya highlight di menu aktif, biar pengguna tahu mereka lagi di mana. Intinya, jangan sampai pengguna mikir keras cuma buat nemuin tombol “kembali”.


Lupa Sama Aksesibilitas

Desain yang bagus itu harus bisa dipakai semua orang — termasuk yang punya keterbatasan penglihatan atau motorik. Tapi sayangnya, banyak desainer lupa soal aksesibilitas.

Gunakan warna dengan kontras cukup, sertakan alt text di gambar, dan pastikan tombol bisa dijangkau dengan keyboard atau pembaca layar.

Selain lebih inklusif, desain yang ramah aksesibilitas juga meningkatkan reputasi produk kamu. Jadi bukan cuma keren, tapi juga peduli.


Nggak Pernah Ngetes Desainnya

Ini kesalahan yang sering banget terjadi: nggak diuji dulu sebelum rilis. Padahal, yang tahu apakah desain kamu nyaman dipakai ya… pengguna sendiri.

Coba aja tes kecil dengan beberapa orang. Minta mereka coba navigasi, klik tombol, isi form, dan lihat bagian mana yang bikin mereka bingung. Dari situ kamu bisa dapet insight nyata.

Jangan tunggu produk dirilis baru sadar ada bug di UX — itu kayak baru sadar baju bolong pas udah sampai pesta 😅


Terlalu Berat dan Lambat

Percuma desainmu bagus kalau pas dibuka butuh waktu 10 detik. Pengguna zaman sekarang nggak sabar, mereka bakal langsung keluar kalau loading kelamaan.

Hindari animasi berlebihan, kompres gambar biar nggak terlalu besar, dan optimalkan performa di semua perangkat.

Menurut data, lebih dari 50% pengguna bakal cabut kalau situsmu loading lebih dari 3 detik. Jadi, kecepatan adalah bagian dari UX juga!


Nggak Responsif di Berbagai Perangkat

Sekarang orang buka web bukan cuma dari laptop, tapi juga dari HP, tablet, bahkan TV. Kalau desainmu cuma bagus di satu layar, pengguna di perangkat lain bakal kesal.

Makanya penting banget bikin desain responsif. Pastikan tombol tetap mudah diklik di layar kecil, teks tetap terbaca, dan layout-nya nggak berantakan.

Pendekatan terbaik? Mulai dari desain untuk mobile dulu (mobile-first), baru diperluas ke versi desktop.


Nggak Mau Denger Feedback Pengguna

Desainer kadang terlalu sayang sama karyanya, sampai susah nerima kritik. Padahal, feedback dari pengguna itu sumber emas buat tahu apa yang bisa diperbaiki.

Gunakan survei, form rating, atau alat analitik buat ngumpulin opini pengguna. Dan jangan lupa kasih umpan balik ke mereka juga — misalnya notifikasi sukses setelah submit, atau pesan error yang jelas kalau ada kesalahan.

Desain yang interaktif dan komunikatif bikin pengguna merasa dihargai.


Fokusnya Nggak Jelas

Pernah lihat halaman yang isinya campur aduk? Ada promo, ada info, ada tombol ke mana-mana. Akhirnya pengguna bingung: “Jadi aku harus klik yang mana dulu?”

Setiap halaman sebaiknya punya satu tujuan utama. Kalau halaman checkout, ya arahkan pengguna untuk menyelesaikan pembayaran. Jangan ganggu dengan pop-up promo lain.

Desain yang fokus membantu pengguna menyelesaikan tugasnya dengan cepat.


Interaksinya Nggak Konsisten

Selain visual, interaksi juga harus konsisten. Misalnya, kalau tombol “Tambah ke Keranjang” di satu halaman pakai animasi pop-up, di halaman lain jangan tiba-tiba tanpa efek.

Konsistensi interaksi bikin pengguna merasa lebih familiar dan percaya diri saat menggunakan produkmu.

Tambahkan efek kecil seperti hover, loading spinner, atau perubahan warna untuk menunjukkan kalau sistem sedang bekerja. Hal kecil, tapi pengaruhnya besar banget ke UX.


Terlalu Ikut Tren

Tren desain itu menarik, tapi nggak semuanya cocok buat produk kamu. Kadang kita tergoda pakai gaya baru kayak neumorphism atau glassmorphism karena kelihatan keren, padahal bikin UX jadi susah.

Selalu utamakan fungsi. Kalau tren bikin pengguna bingung, lebih baik tinggalkan. Desain yang bagus itu yang bisa bertahan lama, bukan yang sekadar “kekinian”.


Lupa Sama Copywriting

Teks di dalam aplikasi sering dianggap remeh. Padahal, kata-kata bisa bikin perbedaan besar dalam pengalaman pengguna.

Daripada tombol bertuliskan “Submit”, coba ubah jadi “Kirim Pesan” atau “Simpan Data”. Lebih jelas dan manusiawi, kan?

Tulisan yang simpel, jelas, dan sesuai konteks bisa bikin pengguna lebih nyaman dan percaya. Jadi, jangan anggap remeh microcopy!


Nggak Gunakan Data untuk Perbaikan

Desain UI/UX bukan pekerjaan sekali jadi. Kamu harus terus memperbaikinya berdasarkan data nyata, bukan feeling.

Gunakan alat analitik untuk lihat halaman mana yang sering ditinggalkan, tombol mana yang nggak diklik, atau berapa lama pengguna bertahan di halaman tertentu.

Dengan data, kamu bisa tahu masalahnya di mana dan melakukan iterasi desain yang tepat sasaran.


Kesimpulan: Belajar dari Kesalahan Itu Kunci

Nah, itu dia berbagai kesalahan umum saat merancang UI/UX yang sering banget terjadi. Tapi tenang, semua desainer pasti pernah salah. Yang penting adalah gimana kamu belajar dari kesalahan itu dan terus memperbaiki pengalaman pengguna.

Ingat, UI/UX bukan soal siapa yang paling kreatif, tapi siapa yang paling memahami pengguna. Jadi, terus riset, uji coba, dan dengarkan pengguna kamu. Karena desain yang hebat bukan yang paling cantik, tapi yang paling berguna dan menyenangkan dipakai.

Untuk informasi lengkap dan diskusi pembuatan aplikasi, silahkan Hubungi Kami

Leave a Comment