Pernah nggak sih kepikiran bikin aplikasi? Kadang ide itu datang pas lagi nongkrong, lagi bete ngantri, atau sekadar kesel karena ada masalah yang belum ada solusinya. Nah, dari situ sebenarnya bisa banget lahir aplikasi yang berguna. Tapi masalahnya, banyak orang bingung, “Gimana sih langkah awal merancang aplikasi biar ide ini nggak cuma jadi wacana doang?”
Tenang, kita bahas pelan-pelan di sini. Dari ide yang masih mentah, sampai akhirnya bisa jadi prototype alias versi percobaan aplikasi yang udah bisa diutak-atik.
Kenapa Langkah Awal Itu Penting Banget?
Kalau bikin aplikasi tanpa persiapan, ibarat mau masak nasi goreng tapi nggak punya nasi. Bisa sih langsung lompat coding, tapi ujung-ujungnya bisa berantakan. Makanya, langkah awal merancang aplikasi itu semacam pondasi.
Dengan pondasi yang bener:
-
Kamu punya arah jelas, aplikasi ini mau dibawa ke mana.
-
Bisa hemat waktu dan tenaga.
-
Lebih gampang jelasin ke temen, tim, atau investor.
Dapetin Ide Aplikasi yang Nendang
Ide aplikasi tuh bisa datang dari mana aja. Tapi biar lebih fokus, coba pake trik ini:
-
Cari masalah sehari-hari – contohnya sering lupa bayar tagihan, atau susah cari parkir.
-
Cek tren – lihat apa yang lagi rame di Play Store.
-
Sesuaiin sama kemampuanmu – kalau kamu jago kuliner, bikin aplikasi resep bisa jadi peluang.
-
Intip kompetitor – bukan buat nyontek, tapi lihat celah yang bisa kamu perbaiki.
Contoh gampang: banyak orang sebel ngantri panjang di rumah sakit → muncul ide bikin aplikasi booking online.
Riset Pasar Itu Wajib
Jangan buru-buru bikin, riset dulu. Caranya:
-
Tanya: “Siapa yang bakal pakai aplikasi ini?”
-
Cek kebutuhan mereka: buat hiburan, kerjaan, sekolah, atau belanja?
-
Lihat kompetitor: cek review aplikasi sejenis, catat apa yang bikin orang kecewa.
Dengan riset, kamu jadi tau apakah ide kamu beneran dibutuhin orang atau cuma halu doang.
Kenalan Sama User Persona
Nah, biar makin jelas, bikin user persona. Anggap aja ini “karakter fiktif” calon pengguna aplikasi. Misalnya:
-
Nama: Andi, 21 tahun.
-
Status: Mahasiswa.
-
Masalah: suka lupa deadline tugas.
-
Butuh: aplikasi reminder simpel tapi nggak ribet.
Dengan begitu, kamu bisa lebih gampang nentuin fitur aplikasi yang pas.
Pilih Fitur Utama Aplikasi
Jangan rakus pengen semua fitur langsung ada. Fokus dulu ke inti. Misalnya bikin aplikasi catatan keuangan:
-
Cukup input pengeluaran/pemasukan.
-
Laporan bulanan.
-
Grafik sederhana.
Fitur tambahan kayak integrasi e-wallet bisa belakangan. Ingat, aplikasi yang simpel biasanya lebih disukai.
Sketsa Dulu: Wireframe
Wireframe itu ibarat coretan kasar tampilan aplikasi. Bisa di kertas, bisa pakai tools kayak Figma atau Balsamiq.
Gunanya wireframe:
-
Biar kelihatan alurnya jelas.
-
Gampang revisi sebelum desain detail.
-
Jadi panduan buat tim developer.
Dari Wireframe ke Mockup
Wireframe masih kasar, nah mockup udah lebih kece. Udah ada warna, ikon, dan kelihatan kayak aplikasi beneran. Mockup ini cocok buat presentasi ke investor atau buat kasih gambaran ke tim.
Naik Level: Prototype
Nah, setelah mockup, waktunya bikin prototype. Prototype itu mockup yang bisa di-klik. Jadi walaupun belum ada coding beneran, orang bisa coba navigasi.
Tools populer buat bikin prototype:
-
Figma.
-
InVision.
-
Adobe XD.
Prototype bikin kamu bisa ngetes dulu sebelum beneran masuk coding.
Testing Awal Itu Wajib
Begitu prototype jadi, kasih ke temen atau beberapa orang buat dicoba. Namanya user testing. Tujuannya:
-
Lihat apakah mereka ngerti cara pakai.
-
Cari tau bagian yang bikin bingung.
-
Dapet masukan sebelum aplikasi beneran dibikin.
Feedback kayak gini bikin aplikasi jadi lebih matang.
Tentuin Teknologi yang Mau Dipakai
Setelah oke, baru mikirin teknologinya. Ada 3 pilihan utama:
-
Native app → Android pakai Java/Kotlin, iOS pakai Swift.
-
Hybrid app → pakai Flutter atau React Native, bisa jalan di dua platform.
-
Web app → lebih ringan, bisa langsung dari browser.
Pilih yang sesuai budget, tim, dan target user.
Workflow Aplikasi Biar Nggak Bingung
Workflow itu alur pengguna dalam aplikasi. Contoh:
-
Login → Dashboard → Tambah Catatan → Laporan.
-
Atau Home → Cari Barang → Tambah Keranjang → Checkout.
Workflow rapi bikin aplikasi gampang dipakai, nggak bikin user pusing.
Kolaborasi Itu Penting
Kalau tim kamu lengkap, biasanya ada:
-
UI/UX Designer → urus tampilan.
-
Frontend Developer → bikin tampilan interaktif.
-
Backend Developer → urus database & server.
-
QA/Tester → ngecek bug.
Kalau masih sendiri? Bisa pelan-pelan, belajar step by step, atau outsource bagian tertentu.
Jangan Lupa Timeline
Biar nggak molor, bikin timeline. Contoh:
-
Riset ide (1–2 minggu).
-
Wireframe & mockup (2 minggu).
-
Prototype (2–3 minggu).
-
Development awal (1–2 bulan).
-
Testing & revisi (2 minggu).
-
Launching.
Timeline bisa beda-beda tergantung skala aplikasi, tapi yang penting jelas.
Kesalahan yang Sering Terjadi
Biar nggak jatuh ke lubang sama, ini beberapa kesalahan umum:
-
Mau semua fitur langsung ada → aplikasi jadi ribet.
-
Nggak riset user → bikin aplikasi yang nggak dipakai.
-
Lupa testing → hasilnya banyak bug.
-
Fokus desain doang, lupa fungsi.
Hindarin kesalahan ini ya.
Contoh Kasus: Booking Lapangan Futsal
Biar gampang kebayang, yuk lihat contoh:
-
Masalah: orang ribet booking lapangan futsal via telpon.
-
Ide: aplikasi booking online.
-
Riset: anak muda & pekerja kantoran banyak yang main futsal.
-
User persona: Budi, 25 tahun, suka main futsal tiap minggu.
-
Fitur inti: cek ketersediaan lapangan, booking, pembayaran.
-
Wireframe & mockup: dibuat di Figma.
-
Prototype: diuji coba ke komunitas futsal.
-
Feedback: user pengen ada reminder otomatis.
Dari ide sederhana, bisa jadi aplikasi beneran.
Setelah Prototype, Apa Selanjutnya?
Kalau prototype udah oke, baru deh masuk ke tahap:
-
Coding beneran.
-
Siapin server & database.
-
Bikin strategi monetisasi → iklan, langganan, atau bayar sekali.
-
Persiapin launching ke Play Store/App Store.
Nah, di sini aplikasi udah masuk ke dunia nyata.
Kesimpulan
Merancang aplikasi tuh nggak instan. Harus pelan-pelan dari ide, riset, wireframe, mockup, sampai prototype. Justru langkah awal merancang aplikasi ini yang paling krusial.
Kalau kamu punya ide sekarang, jangan keburu nyerah karena nggak bisa coding. Mulai aja dari bikin catatan ide, terus coba bikin wireframe sederhana. Siapa tau, dari situ bisa berkembang jadi aplikasi yang beneran dipakai banyak orang.